Pandemi Mengakselerasi Transformasi Sektor Pendidikan
Educare – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim mengatakan bahwa pandemi telah mengakselerasi berbagai macam perubahan di sektor pendidikan. Beberapa agenda transformasi pendidikan yang disusun sebelum pandemi dipercepat karena pandemi.
Perubahan pertama, menurut Nadiem, adalah cara mengukur capaian pendidikan melalui Asesmen Nasional (AN) yang akan dilakukan pada semester keempat tahun 2021. Asesmen Nasional ini akan berbasis kompetensi dasar literasi dan numerasi yang akan mengikuti standar dunia, yaitu Programme for International Student Assessment (PISA). Selain itu, Asesmen Nasional akan dilengkapi dengan survei karakter dan survei lingkungan belajar yang mampu memberikan gambaran lebih holistik mengenai kualitas pembelajaran.
“Ini merupakan suatu perubahan yang sangat fundamental dalam mengukur kinerja sekolah, yang tidak akan berdampak pada individu guru dan murid, karena itu merupakan potret sekolah. Kemudian, bagaimana kepala sekolah dan guru-gurunya bisa mengubahnya,” jelas Mendikbudristek dalam diskusi daring Ngobrol Tempo bertajuk “Indonesia Tangguh dengan SDM Unggul,”secara daring, Rabu (18/8).
Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, Kemendikbudristek sedang mendorong perubahan pembelajaran di kelas yang memberikan porsi lebih besar pada project based learning. “Anak-anak belajar secara berkelompok untuk menciptakan karya-karya atau proyek sosial yang mengasah kreativitas dan kolaborasi mereka dan menjadi Pelajar Pancasila,” tuturnya.
Sementara itu, faktor kepemimpinan juga dinilai sangat penting untuk mengubah budaya pembelajaran dalam sekolah. Untuk itulah, melalui program Pendidikan Guru Penggerak, pemerintah menyiapkan calon-calon pemimpin pendidikan masa depan. Kelak, para lulusan program Pendidikan Guru Penggerak ini akan menjadi calon Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, serta penggerak perubahan di sekitarnya.
“Kepala sekolah itu perannya sangat luar biasa dalam mengubah budaya pembelajaran di sekolah sehingga lebih merdeka. Tentu, perubahan SDM kepemimpinan sekolah akan menjadi salah satu fokus terpenting yang kita lakukan di Kemendikbudristek,“ jelas Menteri Nadiem.
Sementara itu, pada jenjang pendidikan tinggi, Kampus Merdeka terus mendorong perubahan total konsep pembelajaran di perguruan tinggi. Mahasiswa, kata Nadiem, akan menganggap pembelajaran di dalam program studi dan di luar program studi sebagai hal yang sama pentingnya untuk meningkatkan kompetensi.
“Mahasiswa bisa mencari pengalaman dalam proyek riset, magang di perusahaan, mengajar selama satu semester, dan pertukaran pelajar ke luar negeri, dan lain sebagainya. Kita ingin semakin banyak mahasiswa dan dosen-dosen ke luar kampus, serta kita ingin semakin banyak praktisi dari industri masuk ke kampus,” terang Mendikbudristek.
Di sisi lain, program dana padanan (matching fund) yang dihimpun melalui platform Kedaireka dinilai sebagai salah satu insentif tersukses yang pernah diberikan pemerintah dalam menarik industri berpartisipasi dalam pembelajaran di perguruan tinggi. “Mereka keluarkan satu rupiah, kita keluarkan satu rupiah. Ini juga menjamin relevansi produk riset perguruan tinggi kita,” jelas Nadiem.
Selain itu, perubahan dalam penganggaran di sektor pendidikan mengalami transformasi yang lebih berkeadilan. Selain transfer langsung ke rekening sekolah, pada tahun 2021 pemerintah telah menyesuaikan besaran dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bagi sekolah-sekolah yang berada di wilayah 3T. Besarannya disesuaikan dengan indeks kemahalan masing-masing wilayah. “Karena keseragaman belum tentu berkeadilan,” ungkap Mendikbudristek.
“Jadi, banyak paket kebijakan yang sebenarnya berdampak kepada yang paling membutuhkan,” imbuh Nadiem.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko mengatakan bahwa pandemi mendorong produktivitas di bidang riset. Berbagai peluang riset baru semakin terbuka di masa pandemi. Para peneliti memiliki ruang yang cukup untuk memikirkan ide-ide riset baru yang belum pernah dipikirkan sebelumnya.
“Justru saya melihat adanya kenaikan yang cukup signifikan pada output riset teman-teman peneliti,“ ungkap Handoko dalam laman Kemdikbud.
Pandemi juga mendorong para peneliti untuk melakukan pola-pola baru, tidak hanya terkait pelaksanaan riset saja, tetapi juga dalam menyampaikan hasil riset kepada publik, misalnya kepada para pembelajar.
“Sebagai contoh, riset kami banyak dipakai untuk pembelajar luar sekolah, sekarang mitra kami melakukan versi digitalnya. Justru itu dibuat lebih detail sehingga relatif mudah dipahami, pandemi ini memaksa kami melakukan pola terbaru tidak hanya riset, tetapi bagaimana kami mengemas ulang modul-modul pendidikan luar kelas,” ungkap Handoko. (An an Anwar Hikmat)