
Kisah Syafiq, Mahasiswa Jadi Relawan Penjemput Jenazah Covid-19
educare – Adanya pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung lebih dari 1 tahun ini berdampak sangat besar di semua lapisan masyarakat. Tentu kondisi ini menggugah rasa kemanusiaan semua orang. Tiap orang bisa memberikan bantuan sekecil apapun bagi siapa saja yang terdampak Covid-19.
Seperti aksi kecil yang dilakukan M Syafiq Abdan Syakuri. Dia terpanggil menjadi relawan dan terlibat langsung dalam pemakaman jenazah Covid-19.
Meski sibuk dengan kegiatan kemanusiaan, Syafiq juga tetap mengikuti perkuliahan daring yang juga menjadi kewajibannya sebagai mahasiswa.
Dilansir dari akun Instagram Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Ditjen Dikti Kemendikbud Ristek), Selasa (3/8/2021), Syafiq tercatat sebagai mahasiswa Psikolog Universitas Mercu Buana.
Dia bergabung dengan tim Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) dan ikut serta dalam berbagai kegiatan seperti dekontaminasi dan pemakaman jenazah Covid-19.
Syafiq bahkan rela pergi meninggalkan rumah keluarganya sementara di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk menetap kantor MCCC di Kotagede atau di kantor BPBD DIY.
Dalam melakukan kegiatan relawan ini, Syafiq tidak melakukannya sendiri. Dalam satu tim, Syafiq juga bertugas dengan beberapa mahasiswa lainnya.
Tetap ikuti kuliah daring
Disamping melakukan tugas sebagai relawan, Syafiq dan tim tetap melaksanakan perkuliahan daring di dalam kantor. Manajemen waktu dan pembagian tugas yang jelas serta tata kerja bersama petugas BPBD lainnya menjadi hal yang sangat diperhatikan dalam menjalankan tugas sebagai tim relawan.
Syafiq mengaku, selama betugas, dia dan tim melewati berbagai kesulitan dari warga. Pasalnya selama bertugas, Syafiq menemukan banyak penolakan yang diberikan warga dalam menerima jenazah Covid-19 di lingkungan setempat.
Selain itu, Syafiq dan tim juga harus merasakan kesulitan bernafas akibat pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) yang harus tertutup secara rapat.
Meskipun memiliki tugas dan tanggung jawab yang berat dan melelahkan bahkan tanpa tunjangan, Syafiq dan tim relawan tetap bergabung dan menjalan tugas secara ikhlas dan rela. Mereka mendedikasikan diri menjadi relawan tanpa mengharapkan materi.
Menjadi panggilan hati
Dia mengaku tugas ini adalah panggilan dari hati dan inisiatifnya sendiri. Lonjakan kasus yang semakin meningkat ditambah dengan minimnya akses atas fasilitas kesehatan di berbagai tempat menjadi penyebab banyaknya pasien Covid-19 meninggal saat melakukan isolasi mandiri (isoman).
Hal ini tentu berdampak pada kondisi kejiwaan pasien. Melihat kondisi tersebut, Syafiq dan tim juga membentuk pusat pelayanan aduan bagi pasien isolasi mandiri yang bertujuan untuk memfasiliasi kebutuhan dan persiapan isolasi mandiri.
Dalam mendukung penerapan pelayanan tersebut, Syafiq dan timnya juga bekerja sama dengan beberapa universitas seperti Unisa, UMY dan UAD.