Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Kairo, Abdul Muta’ali, yang menjadi pembicara kunci, mengungkapkan bahwa Universitas Al-Azhar di Kairo telah menjadi pelopor dalam kampanye kesetaraan gender. “Di Universitas Al-Azhar, terdapat upaya berkelanjutan untuk mempromosikan kesetaraan gender, kerukunan, toleransi, dan moderasi beragama (wasathiyyatul Islam). Kami juga sedang merumuskan strategi untuk menciptakan pendidikan yang ramah anak,” ujar Muta’ali.
Diskusi ini juga menghadirkan pembicara utama lainnya, Nahla S. Al-Saidy, Penasehat Grand Syeikh Al-Azhar, Dekan Fakultas Sains Islam, dan Direktur Pusat Pengembangan Pembelajaran Mahasiswa Asing. Nahla mengapresiasi kemajuan Indonesia dalam pemberdayaan perempuan dan menekankan pentingnya komunikasi intensif dengan pemangku kepentingan global. “Kita harus memastikan bahwa di masa depan tidak ada perempuan di Indonesia yang tertinggal dalam pendidikan, sosial, atau budaya,” katanya.
Sebagai langkah lanjut, Pusat Studi Gender dan Anak Indonesia telah mendaulat Penasehat Grand Syeikh Al-Azhar sebagai Pembina. Kerja sama ini diharapkan akan memperkuat upaya bersama dalam mengatasi isu-isu gender dan pendidikan di masa mendatang.
Diskusi ini menjadi momentum penting untuk memperkuat kolaborasi internasional dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif dan mendukung kesetaraan gender.