Anas, Walau Besar di Panti Asuhan Namun Berhasil Raih Beasiswa LPDP
Jakarta, [educare.co.id] – Bertumbuh dan berkembang di panti asuhan,tidak menjadi penghalang bagi Anas Anwar Nasirin untuk dapat meraih pendidikan tinggi.
Pria yang akrab disapa Anas ini lahir dari keluarga yang berekonomi kurang. Sebab itu Anas terpaksa harus tinggal di panti asuhan agar bisa tetap bersekolah.
“Dan akhirnya tanggal 10 Juli tepatnya hari Jumat tahun 2009 saya berangkat ke Panti Asuhan Ar-Rasyid Subang. Di Panti Asuhan Ar-Rasyid Subang saya tempuh sampai tahun 2012. Dan dari tahun 2012 hingga tahun 2015, saya tinggal di Pondok Pesantren Yatim Piatu dan Dhuafa Darul Inayah. Dan dari tahun 2015 sambil berkuliah di Unpad, saya tinggal di Panti Asuhan Riyadlul Jannah,” ungkap Anas, dikutip dari laman Media Keuangan Kemenkeu, pada Rabu (3/1/2024).
Di Universitas Padjadjaran (Unpad), Anas berhasil diterima lewat jalur SBMPTN (sekarang SNBT) dengan jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya. Semasa kuliah, Anas aktif ikut kegiatan akademik maupun non-akademik, dan berhasil menjadi Mahasiswa Berprestasi 2017 di FIB Unpad.
Setelah meraih gelar sarjana dari Unpad, Anas mendapat tawaran untuk melanjutkan pendidikan S2 ke Brunei Darussalam oleh dosennya. Namun dengan berat hati, Anas harus menolak tawaran tersebut karena ia memiliki kewajiban mengabdi di Pondok Pesantren Yatim Piatu dan Dhuafa Darul Inayah, tempat yang telah banyak membantunya selama ini.
Lalu pada 2022, Anas mendapat dukungan dari orang-orang sekitarnya untuk mendaftar beasiswa LPDP. Dan Anas berhasil diterima S2 Ilmu Sejarah di Universitas Indonesia (UI). Dirinya mengambil jurusan yang linear dengan S1 karena menurutnya ilmu sejarah sangat penting untuk kehidupan manusia.
“Pada saat ini pengkajian sejarah semakin terspesialisasi melalui perdebatan dan juga pengkajian fakta-fakta kehidupan di masa lalu,” ungkap Anas.
Anas merasa bahwa keberhasilan dirinya dalam pendidikan tidak lepas dari peran panti asuhan. Oleh karena itu, Anas mendirikan organisasi alumni bidikmisi dan panti asuhan yang mendaftar LPDP bernama “The Prospektive LPDP”.
Dirinya mendirikan organisasi tersebut bersama rekannya, Yusuf Ridwansyah. Organisasi yang dibuatnya memberikan sosialisasi dan pengenalan tentang beasiswa kepada anak-anak muda di panti.
“Kami berdua tahu bahwasanya teman-teman di panti asuhan ini memiliki ketakutan yang besar untuk mendaftar beasiswa LPDP, yang pertama karena rendahnya kemampuan mereka dalam bahasa Inggris. Yang kedua untuk panti asuhan saat ini belum ada skema beasiswa LPDP secara khusus. Informasi tentang beasiswa LPDP belum menyasar mereka,” ungkap Anas.