
Waspadai Karies Gigi pada Anak, Ancaman Kesehatan yang Sering Diabaikan
educare.co.id, Yogyakarta – Masalah karies gigi pada anak masih kerap luput dari perhatian banyak orang tua. Padahal, gangguan pada gigi yang disebabkan oleh kerusakan jaringan keras akibat aktivitas bakteri ini dapat berdampak serius terhadap kesehatan secara menyeluruh dan kualitas hidup anak dalam jangka panjang.
Karies atau yang lebih dikenal sebagai gigi berlubang muncul ketika sisa makanan yang tertinggal di mulut diubah menjadi asam oleh bakteri. Asam inilah yang perlahan mengikis lapisan pelindung gigi seperti email dan dentin, hingga terbentuk lubang yang bisa memicu infeksi.
Menurut Dr. drg. Laelia Dwi Anggraini, Sp.KGA., dosen Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) sekaligus dokter gigi anak di RSGM UMY, anak-anak lebih rentan terkena karies dibandingkan orang dewasa. Hal ini dikarenakan struktur gigi anak jauh lebih tipis, baik pada lapisan email, dentin, maupun pulpa.
“Penyakit ini terjadi akibat kombinasi dari empat faktor utama, yaitu bakteri, kondisi gigi, makanan, serta waktu yang memungkinkan karies berkembang. Kurangnya kebersihan mulut yang didukung oleh faktor lingkungan turut memperparah kondisi tersebut,” jelas drg. Laelia dalam siaran tertulis UMY (25/6).
Konsumsi Gula Berlebih Jadi Pemicu
Gejala awal karies biasanya ditandai dengan perubahan warna pada permukaan gigi. Warna putih mengilap perlahan berubah menjadi putih keabu-abuan, lalu menggelap hingga membentuk lubang jika tidak segera ditangani.
Salah satu pemicu utama adalah konsumsi makanan kariogenik, seperti makanan manis dan lengket yang memicu produksi asam oleh bakteri. Kebiasaan minum susu lewat botol saat malam hari juga berisiko tinggi, terutama jika susu dibiarkan mengendap di mulut dalam waktu lama.
“Karies gigi pada anak dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah konsumsi makanan kariogenik, seperti makanan manis dan lengket. Kebiasaan minum susu menggunakan botol di malam hari juga bisa menjadi pemicu, apalagi jika susu dibiarkan menggenang di rongga mulut,” tambahnya.
Drg. Laelia menegaskan bahwa bukan berarti anak tidak boleh mengonsumsi makanan manis. Namun, penting bagi orang tua untuk membatasi frekuensi dan memastikan anak membersihkan mulut setelahnya.
Sayangnya, masih banyak yang beranggapan bahwa gigi susu tak perlu dirawat karena akan diganti oleh gigi permanen. Padahal, gigi susu memegang peranan penting dalam proses mengunyah, membantu pelafalan, serta memberi arah bagi pertumbuhan gigi tetap.
“Karies yang tidak ditangani sejak dini bisa berkembang lebih parah. Jika menjalar hingga ke saraf, infeksi dapat mengenai benih gigi permanen dan mengganggu proses tumbuhnya. Akibatnya, gigi permanen bisa tumbuh tidak sempurna,” jelasnya.
Pencegahan: Kunci Utama Menjaga Kesehatan Gigi Anak
Upaya pencegahan menjadi langkah terbaik untuk menghindari kerusakan gigi pada anak. Drg. Laelia menyarankan agar anak dibiasakan menyikat gigi secara teratur, minimal tiga kali sehari, termasuk sebelum tidur. Selain itu, konsumsi makanan manis sebaiknya dibatasi hingga satu kali dalam seminggu.
“Pencegahan selalu lebih baik daripada pengobatan. Dengan menjaga kebersihan gigi, menerapkan pola makan yang sehat, dan rutin memeriksakan gigi ke dokter, anak akan tumbuh dengan gigi yang kuat, sehat, dan terhindar dari gangguan mulut. Ini adalah bentuk investasi jangka panjang bagi kualitas hidup anak,” tutupnya.