
Mahasiswa Metalurgi ITB Raih Juara Kedua dalam Case Study The 19th MnMs’ Week
Bandung (educare.co.id) – Mahasiswa Metalurgi Institut Teknologi Bandung (ITB) berhasil meraih juara kedua dalam kompetisi Case Study The 19th MnMs’ Week. Ajang ini merupakan bagian dari The 19th MnMs’ Week yang bertujuan mendorong inovasi dan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memecahkan masalah di bidang Metalurgi dan Material.
Kompetisi tahun ini mengusung tema “Novel Innovations for Sustainable Practices and Resource Management in Critical Minerals”. Tema ini mendorong mahasiswa untuk menciptakan solusi inovatif yang tetap berlandaskan prinsip keberlanjutan.
Case Study Competition bekerja sama dengan perusahaan di sektor metalurgi, khususnya dalam bidang ekstraksi dan pengolahan mineral kritis. Dari sekitar 30 tim yang berpartisipasi, lima tim terbaik maju ke babak final untuk mempresentasikan hasil riset mereka di hadapan dewan juri.
Tahapan Kompetisi dan Keberhasilan Tim ITB
Kompetisi ini terdiri dari tiga tahapan utama. Tahap pertama adalah penyusunan konsep ide solusi yang dikemas dalam bentuk karya ilmiah. Tahap kedua merupakan babak semifinal, di mana tim melakukan analisis lebih mendalam mengenai ide yang diajukan, termasuk studi kelayakan implementasi produk, proyeksi keuangan, desain produk, dan analisis pasar.
Lima tim dengan nilai tertinggi melaju ke babak final, di mana mereka diminta membuat proyeksi start-up tanpa perlu menghasilkan prototipe. Setelah melewati seluruh tahapan, Tim ITB berhasil meraih juara kedua dalam kompetisi yang berlangsung di Balai Sidang Universitas Indonesia pada Sabtu (7/12/2024).

Inovasi Tim Scrappy: Hilirisasi Ilmenit Berbasis Biomassa
Tim Scrappy dari ITB, yang beranggotakan Fauzan Akbar Maulana, Billy Setiadi Pratama, Marietha Agnes Nurhaida, dan Patricia Wizar, mengajukan solusi inovatif berupa hilirisasi ilmenit yang berkelanjutan dengan memanfaatkan biomassa cangkang kelapa sawit.
Awalnya, bijih timah yang ditambang menghasilkan mineral ikutan seperti monasit dan ilmenit. Billy menjelaskan bahwa tim memilih mengolah ilmenit karena mineral ini belum banyak dimanfaatkan, meskipun memiliki potensi besar dalam mendukung prinsip keberlanjutan.
Pemilihan cangkang kelapa sawit didasarkan pada ketersediaannya yang melimpah di sekitar Bangka Belitung. “Proyeksi kami awalnya adalah memilih kelapa sawit karena kami melihat di sekitar Bangka Belitung terdapat banyak bijih timah, terdapat pula ladang kelapa sawit yang luas,” ujar Billy, dalam siaran tertulis itb (30/1).
Proses inovatif yang dikembangkan tim melibatkan pembakaran cangkang kelapa sawit untuk menghasilkan arang yang berfungsi sebagai karbon reduktor dalam reduksi ilmenit (FeTiO3). Proses ini menghasilkan karbon dioksida yang bersifat karbon netral sehingga lebih ramah lingkungan.
Tahapan pemurnian dilakukan melalui proses klorinasi, yang menghasilkan TiO2 berkadar 99% dalam bentuk serbuk. “Klorida yang kami gunakan berasal dari laut sekitar, dengan mengekstraksi natrium klorida yang ada di air laut,” tambah Marietha.
Dari hasil penelitian, tim memperkirakan bahwa produksi rutil (TiO2) dapat mencapai 20.000 ton per tahun, atau lebih dari seperlima kebutuhan nasional. Selain memiliki kapasitas produksi yang besar, proyek ini juga dinilai menguntungkan. “Kami mencapai NPV sebesar Rp2,3 triliun dengan internal rate of return (IRR) sebesar 31,7%,” ungkap Marietha.
Tim Scrappy berharap mahasiswa lainnya tidak ragu untuk mengikuti kompetisi. “Melalui pengalaman lomba, kita bisa mengaplikasikan ilmu dari perkuliahan ke dunia nyata. Juara hanyalah bonus,” ujar Fauzan.
Mereka juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, Prof. Dr.-Ing. Ir. Zulfiadi Zulhan, S.T., M.T., IPU., dan Zela Tanlega, ST., M.Phil., Ph.D., atas bimbingan serta dukungan dalam kompetisi ini.