Forum Gateways Study Visit Indonesia 2024: Menggali Potensi Ekosistem Pendidikan Indonesia

EduNews EduScholar

educare.co.id, Bali – Forum Gateways Study Visit Indonesia (GSVI) 2024 baru saja menggelar sesi yang menarik dan informatif tentang ekosistem pendidikan di Indonesia, terutama dalam konteks teknologi yang kini menjadi semakin penting. Sesi Deep Dive 1 yang diadakan pada Senin (1/10) bertajuk “PreK12 Tech Ecosystem: Empowering Educational Actors and Revolutionizing Learning Culture” menghadirkan berbagai inovasi dan tantangan yang dihadapi oleh sistem pendidikan di Indonesia.

Tantangan Pendidikan di Indonesia

Indonesia, sebagai ekosistem pendidikan terbesar keempat di dunia, mencatatkan sekitar 60 juta murid dan 4 juta guru. Namun, dalam lima tahun terakhir, negara ini mengalami berbagai tantangan serius. Terutama selama pandemi, Indonesia menjadi negara dengan penutupan sekolah terlama, yakni selama 644 hari. Data sebelum pandemi menunjukkan bahwa sekitar 70 persen murid berusia 15 tahun memiliki kompetensi literasi dan numerasi di bawah standar. Untuk mengatasi masalah ini, intervensi berbasis teknologi menjadi kunci untuk meminimalkan risiko kehilangan pembelajaran (learning loss).

 

Merdeka Belajar: Emancipated Learning

Salah satu poin menarik yang diangkat adalah konsep “Merdeka Belajar”. Banyak yang menerjemahkan istilah ini sebagai “Independent Learning”, namun sebenarnya yang lebih tepat adalah “Emancipated Learning”. Konsep ini menekankan pentingnya pendidikan yang dipersonalisasi, sesuai dengan minat dan bakat masing-masing anak, dengan peran guru sebagai penuntun dan fasilitator.

Iwan Syahril, Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, memberikan analogi yang menarik: untuk menghasilkan mangga berkualitas, petani harus menggunakan benih dan metode perawatan yang tepat. Ini menggambarkan pentingnya pendekatan yang sesuai dalam pendidikan untuk memanen hasil yang maksimal.

Distorsi Pengetahuan dan Solusi Teknologi

Satu tantangan signifikan yang dihadapi adalah distorsi pengetahuan akibat pelatihan berjenjang. Di tahun 2019, hanya sekitar 600 ribu guru—kurang dari 20 persen total guru di Indonesia—yang mendapatkan pelatihan formal dari pemerintah pusat. Untuk mengatasi masalah ini, Platform Merdeka Mengajar (PMM) hadir sebagai solusi. Saat ini, PMM memiliki sekitar 4,3 juta pengguna, dengan 3,2 juta di antaranya adalah pengguna aktif, dan 52 persen dari total 240 ribu guru di area perdesaan turut berpartisipasi.

 

Kemendikbudristek menjelaskan bahwa untuk meningkatkan penggunaan teknologi di sekolah, mereka mendesain PMM dengan antarmuka yang simpel dan mudah digunakan, terutama melalui smartphone. Hal ini menunjukkan upaya untuk membuat kebijakan pendidikan lebih inklusif.

Inovasi dalam Pengelolaan Anggaran

Terakhir, inisiatif berbasis teknologi seperti Platform ARKAS dan SIPLAH juga diperkenalkan sebagai alat untuk menyederhanakan proses penganggaran dan pelaporan di sektor pendidikan. Dengan pemanfaatan teknologi ini, waktu yang diperlukan untuk proses administratif dapat dihemat hingga lebih dari 5 jam per bulan. Ini tentunya memberikan dampak signifikan bagi efisiensi pengelolaan pendidikan.

Forum GSVI 2024 memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana Indonesia berupaya mengatasi tantangan dalam ekosistem pendidikan melalui teknologi dan inovasi. Konsep Merdeka Belajar dan penggunaan platform-platform pendidikan modern menjadi langkah strategis untuk memajukan kualitas pendidikan di tanah air. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan Indonesia dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik dan lebih adaptif bagi semua siswa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *