
2 Siswa Binus School Simprug Ciptakan Mesin Pembuat Tempe
educare.co.id, Jakarta – Kenneth William Santoso dan Davrell Mylka Jowkins, dua siswa Binus School Simprug ini berhasil membuat mesin pengolah tempe.
Mesin pengolah tempe tersebut bernama Portable Machine of Tempeh Making. Kenneth dan Davrell berhasil menyederhanakan proses pembuatan tempe melalui mesin ini dan jauh lebih higienis dan rendah polusi. Cara kerja Portable Machine of Tempeh Making ini melibatkan pengendalian seluruh tahapan pengolahan tempe, mulai dari langkah awal seperti pencucian, perebusan, hingga pembuangan kedelai dan sekam.
“Langkah pertama mesin adalah merendam kedelai selama 6 jam sambil bergetar bolak-balik untuk memastikan terpisahnya kulit dari biji. Kedua, mesin akan merendam kedelai dan air hingga suhu mendidih. Ketiga, mesin akan meningkatkan kecepatan putarannya untuk memastikan pemisahan mutlak kulit dari bijinya,” ungkap Davrell, dikutip dari okezone
Mesin yang menggunakan ragi sebagai bahan dasar pengolahan kedelai menjadi tempe ini dapat menyesuaikan suhu dengan ruangan dan lengkap dengan sirkulasi udara yang bisa memfasilitasi proses fermentasi.
“Hasil dari proses terkendali ini pada akhirnya terciptalah masakan tempe. Mesin ini menjalankan seluruh proses mulai dari kedelai hingga tempe, sehingga menawarkan kualitas yang konsisten kepada konsumen dan lebih sedikit pekerjaan,” ungkap Kenneth, dikutip dari okezone
Portable Machine of Tempeh Making beserta hasil olahan tempenya sempat hadir di ajang Ars Electronica Festival 2023 yang terselenggara pada 6-10 September 2023. Dan berhasil mencuri perhatian masyarakat Eropa.
Kedua siswa Binus School Simprug ini selain merasa senang mendapatkan apresiasi yang positif, meraka juga merasa bangga karena masyarakat Eropa antusias atas recana Portable Machine of Tempeh Making akan dipasarkan di Eropa
“Kami akan bekerja sama dengan beberapa industri untuk memasarkan mesin ini. Kami perkirakan harganya tidak lebih mahal dibanding air fryer yang kisaran harganya Rp4 juta. Di bawah harga itu mungkin,” ungkap Dr Rinda Hedwig, Research Interest Group Leader Binus School Simprug, dikutip dari okezone