UNJ Kembangkan Kit Deteksi Cepat Bakteri Penyebab Keracunan Pangan

EduNews

Jakarta (educare.co.id) – Pangan yang aman, bermutu, dan bergizi menjadi kebutuhan esensial bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup manusia. Namun, kurangnya keamanan pangan dapat menyebabkan infeksi dari mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Studi menunjukkan bahwa selain bakteri Salmonella, terdapat 31 bakteri lain yang dapat memicu keracunan pangan (Priyanka, 2016). Kondisi ini menuntut adanya metode deteksi yang cepat, spesifik, dan sensitif untuk meminimalisasi korban.

Menanggapi tantangan tersebut, Pusat Unggulan IPTEKS (PUI) Pendeteksi Bakteri Patogen Universitas Negeri Jakarta (UNJ) di bawah pimpinan Prof. Dr. Muktiningsih Nurjayadi, M.Si, berhasil mengembangkan Master Diagnostics Foodborne Disease Detection Kit. Alat ini dirancang untuk mendeteksi berbagai bakteri penyebab keracunan makanan, termasuk Salmonella typhi yang menyebabkan tifus. Hingga kini, Prof. Mukti telah mengantongi hampir 17 paten terkait penelitian ini.

“Tujuan utama penelitian ini adalah menghasilkan Rapid Kit Deteksi Bakteri Penyebab Keracunan Pangan yang cepat, sensitif, dan spesifik dengan metode real-time PCR,” jelas Prof. Mukti, dikutip dalam laman unj (16/1). Metode berbasis genomik ini memungkinkan pendeteksian patogen pada kasus keracunan makanan. Sejak tahun 2018, produk ini masuk dalam program inkubator bisnis UNJ bernama “IndoGenPro” dan terus dikembangkan hingga tahun 2021 melalui kolaborasi dengan Polri dan PT Kimia Farma Tbk.

Produk yang dikembangkan berupa formula reagen untuk mendeteksi bakteri patogen dari biakan murni maupun sampel pangan menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) Gradien dan real-time PCR. Hingga saat ini, terdapat 12 varian master diagnostik, di antaranya untuk mendeteksi Salmonella typhi, Escherichia coli, Shigella flexneri, Staphylococcus aureus, dan Listeria monocytogenes.

Prof. Mukti juga mengembangkan dua varian kit, yakni untuk real-time PCR dan PCR konvensional. Kit tersebut terdiri dari kontrol positif (biru), kontrol negatif (merah muda), Master Mix foodborne pathogen (kuning dan biru muda), nuclease-free water (hijau), serta primer spesifik (merah).

“Jadi, jika ada orang yang ingin mendeteksi, siapapun yang memiliki alat PCR tinggal membeli kit ini saja. DNA dari bakteri langsung dimasukkan ke dalam tabung. Kami sudah menyesuaikan volume dan konsentrasinya,” ungkap Prof. Mukti.

Pengembangan kit ini melibatkan kerja sama dengan PT Kimia Farma melalui nota kesepahaman dengan UNJ, serta Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Polri dan PT Sinergi Indomitra Pratama untuk penyediaan instrumen laboratorium.

Prof. Mukti menegaskan bahwa kunci keberhasilan penelitian ini adalah ketekunan dan harapan. “Saya percaya bahwa Allah tidak diam; jika kita selalu berusaha, akan ada hasilnya dengan beristiqomah pada satu topik,” tuturnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *