UAD Kembangkan Crispbread Berbahan Sorgum untuk Cegah Obesitas dan Diabetes

Edufood EduNews

educare.co.id, Yogyakarta – Dr. Aprilia Fitriani, S.TP., M.Sc., dosen Teknologi Pangan Universitas Ahmad Dahlan (UAD), bersama tim peneliti berhasil memperoleh pendanaan riset tahun 2025 dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM). Penelitian ini mengusung tema “Pemanfaatan Sorgum pada Produksi Crispbread sebagai Produk Pangan Fungsional Antiobesitas dan Antidiabetes dalam Mendukung Swasembada Pangan di Indonesia.”

Dalam proyek ini, Dr. Aprilia bekerja sama dengan Amalya Nurul Khairi, S.T.P., M.Sc. dari UAD, serta kolaborator eksternal dari Universitas Gadjah Mada, Dr. Inasanti Pandan Wangi, S.T.

Riset tersebut menyoroti peningkatan angka obesitas dan diabetes, dua penyakit degeneratif yang kini menjadi isu kesehatan global. “Isu ini terus menjadi concern dari berbagai institusi kesehatan sehingga penting bagi kami untuk berkontribusi melalui pendekatan preventif berbasis pangan fungsional,” ujar Dr. Aprilia, menekankan urgensi penanganan dari sisi pencegahan.

Sorgum dipilih sebagai bahan utama karena kandungan serat larutnya yang tinggi. Kandungan ini diyakini mampu memberi rasa kenyang lebih lama dan mengontrol asupan kalori—dua faktor kunci dalam upaya pencegahan obesitas dan diabetes. Dr. Aprilia menyampaikan bahwa meskipun Indonesia memiliki banyak komoditas lokal, sorgum memiliki keunggulan spesifik sebagai serealia yang mendukung misi riset ini.

Produk yang tengah dikembangkan adalah crispbread, sejenis roti kering khas Skandinavia. Walaupun belum populer di Indonesia, justru hal itu dianggap sebagai peluang inovasi. “Saya belum menemukan artikel nasional yang membahas crispbread, bahkan secara internasional pun masih jarang. Ini membuka peluang untuk inovasi,” jelasnya, dalam siaran tertulis UAD (3/7).

Lebih lanjut, crispbread ini akan dikembangkan dengan pendekatan lokal untuk menyesuaikan dengan cita rasa masyarakat Indonesia. “Ke depan, tentu akan kami kembangkan dengan pendekatan lokal, dari bahan tambahan seperti rempah, kayu manis, sampai pewarna alami seperti ubi bit,” tuturnya. Untuk menambah kandungan protein, crispbread juga akan dikombinasikan dengan tepung kacang koro pedang.

Saat ini, riset masih dalam tahap awal berupa formulasi bahan, pengujian kimia, dan evaluasi sensorik. Apabila proyek ini kembali mendapat pendanaan di tahun kedua, tim peneliti akan melanjutkannya dengan pengujian indeks glikemik dan tekstur kerenyahan. Meski belum masuk tahap produksi massal atau distribusi ke masyarakat, Dr. Aprilia menyebut bahwa strategi hilirisasi telah disiapkan sebagai bagian dari rencana jangka panjang.

Tak hanya dari sisi kesehatan, pemanfaatan sorgum juga dinilai berkontribusi terhadap kemandirian pangan nasional. Sorgum dikenal sebagai tanaman yang dapat tumbuh di lahan kering dan kurang subur—suatu keunggulan penting bagi ketahanan pangan di wilayah geografis Indonesia. “Kalau produk hilirnya diterima masyarakat, maka permintaan terhadap sorgum juga akan meningkat. Ini tentu berdampak positif pada sektor pertanian dan ekonomi lokal,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *