Mahasiswa Vokasi UNAIR Kembangkan Terapi Aromaterapi Ramah Lingkungan untuk ISPA
educare.co.id, Surabaya – Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih menjadi tantangan serius dalam sektor kesehatan, terutama di daerah padat penduduk dan kawasan industri. Menanggapi isu ini, lima mahasiswa dari Fakultas Vokasi Universitas Airlangga (UNAIR) melakukan riset inovatif dengan pendekatan berkelanjutan. Mereka memanfaatkan minyak esensial dari kulit jeruk lemon (Citrus limon) dan bunga lavender (Lavandula angustifolia) sebagai terapi alternatif untuk menangani ISPA.
ISPA Masih Jadi Ancaman Kesehatan Masyarakat
ISPA termasuk penyakit menular dengan tingkat penyebaran yang tinggi, terutama di negara berkembang. Penyakit ini menyumbang lebih dari 30 persen dari total kasus penyakit menular, dan kerap disebabkan oleh bakteri seperti Escherichia coli, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus, dan Klebsiella pneumoniae, yang menyebar melalui udara (aerosol).
Nayla Aziza Dwigusfita, salah satu anggota tim peneliti, menjelaskan bahwa ISPA sering kali dianggap sepele, padahal berpotensi menimbulkan komplikasi serius jika tidak ditangani dengan baik.
“ISPA bukan sekadar penyakit ringan yang dapat sembuh secara spontan. Jika tidak ditangani secara adekuat, kondisi ini berpotensi menimbulkan komplikasi dan meningkatkan beban penyakit menular,” ucap Nayla, dalam siaran tertulis UNAIR (8/7).
Ia juga menyoroti bahwa penggunaan antibiotik secara sembarangan dapat menimbulkan efek jangka panjang seperti resistensi bakteri.
“Kondisi ini memperburuk masalah resistensi, memperpanjang durasi penyakit, dan meningkatkan biaya pengobatan,” tambahnya.
Minyak Esensial sebagai Terapi Inovatif Berbasis SDGs

Penelitian yang mereka lakukan menawarkan solusi alternatif berbasis terapi aromaterapi. Minyak esensial lemon diketahui mengandung senyawa limonen, sementara minyak lavender kaya akan linalool dan linalil asetat — ketiganya dikenal memiliki sifat antibakteri.
Hasil uji laboratorium (in vitro) menunjukkan bahwa kombinasi kedua minyak tersebut mampu menghambat pertumbuhan bakteri penyebab ISPA, khususnya S. aureus dan E. coli, dengan zona hambat yang signifikan.
Inovasi ini sejalan dengan prinsip Sustainable Development Goals (SDGs), terutama SDG 3 (Good Health and Well-being), karena menawarkan alternatif pengobatan alami yang lebih aman dan efektif. Selain itu, penggunaan limbah kulit jeruk sebagai bahan dasar minyak esensial turut mendukung SDG 13 (Climate Action), dengan mengurangi volume limbah rumah tangga serta emisi dari proses produksi obat sintetis.
Melalui riset ini, mahasiswa UNAIR membuktikan bahwa solusi kesehatan masa kini dapat dirancang selaras dengan keberlanjutan lingkungan, memberikan manfaat ganda bagi manusia dan bumi.
