
Mahasiswa UNAIR Raih Juara Lewat Inovasi Teknologi Pengurang Mikroplastik
educare.co.id, Surabaya – Tiga mahasiswa Universitas Airlangga (UNAIR) berhasil meraih juara pertama dalam Lomba Esai FISIP Achievement Week 2025 yang diselenggarakan oleh BEM FISIP Universitas Negeri Semarang (UNNES), Sabtu (24/5/2025). Prestasi ini diraih lewat gagasan inovatif bertajuk Smart Technology Berbasis IoT untuk Mengurangi Mikroplastik, yang unggul di antara lebih dari 170 peserta dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Tim pemenang terdiri atas Mohammad Pradana Setyawan (Fakultas Vokasi), Rava Adistya Hanum (Fakultas Ilmu Budaya), dan Intan Rahayu (Fakultas Vokasi). Kolaborasi lintas disiplin ilmu ini melahirkan ide yang tidak hanya kuat dari segi konsep dan analisis, tetapi juga implementatif.
Gagasan Futuristik Atasi Pencemaran Laut
Ketua tim, Pradana, menjelaskan bahwa ide mereka berangkat dari keprihatinan terhadap pencemaran mikroplastik di laut yang berdampak pada kesehatan manusia, kehidupan satwa laut, hingga perekonomian nelayan.
Untuk itu, mereka merancang perangkat berbasis Internet of Things (IoT) yang dilengkapi sensor, sistem penyaring, serta fitur penyemprot enzim guna menstabilkan pH laut dan menjaga keseimbangan mikroorganisme. Alat tersebut juga terhubung dengan aplikasi mobile untuk memungkinkan pemantauan jarak jauh.
“Keunikan alat kami terletak pada kemampuannya yang kompleks, bisa menyedot, menyaring, serta membedakan antara sampah organik dan anorganik,” tutur Intan.
Disty, sapaan akrab Rava Adistya Hanum, mengungkap bahwa proses pemilihan topik dilakukan melalui diskusi intensif. Mereka menimbang berbagai isu dari mental health hingga pertanian sebelum akhirnya memilih mikroplastik karena urgensinya yang tinggi dan masih minim disentuh dari sisi teknologi.
“Kami menyaring ide. Dari sebelumnya terpikirkan tentang mental health, pertanian, hingga akhirnya sepakat mengangkat isu mikroplastik ini karena nilai urgensinya tinggi dan belum banyak disentuh dari sisi teknologi konkret,” jelasnya.
Pradana mengungkap bahwa pencapaian timnya merupakan hasil strategi yang matang, mulai dari pemilihan topik, penyusunan esai, hingga presentasi yang dikemas secara dramatis untuk membedakan diri dari peserta lain.
“Sejak awal kami targetkan untuk bisa bersaing dengan kampus besar seperti UI, UGM, dan ITB. Kekuatan kami ada pada kolaborasi lintas keilmuan dan cara penyampaian yang kuat,” ungkapnya.
Tim UNAIR berhasil melewati serangkaian tahap seleksi, mulai dari penilaian esai hingga presentasi final. Ke depan, mereka berencana merealisasikan ide dalam bentuk prototipe dengan menggandeng Dinas Lingkungan Hidup Surabaya dan tim Electrical Vehicle On Study (EV-OS) UNAIR.
Kerja sama yang solid menjadi kunci utama keberhasilan mereka. Intan menegaskan bahwa dinamika tim berjalan lancar karena semua anggota memiliki visi dan semangat yang sejalan.
“Tanpa kendala berarti karena seluruh anggota memiliki visi yang sama dan saling melengkapi,” ucapnya.
Meskipun baru pertama kali tergabung dalam satu tim, ketiganya berkomitmen untuk terus melanjutkan kolaborasi dan mengembangkan inovasi ke tingkat yang lebih tinggi.
Disty menyampaikan harapannya, “Kami ingin membawa tim ini ke ajang-ajang selanjutnya, bahkan hingga ke tingkat internasional.”