
Mahasiswa UNAIR Raih Juara 2 Dalam Inovasi Pengobatan Baru Malaria
Surabaya (educare.co.id) – Tiga mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga (UNAIR) berhasil meraih juara dua dalam ajang Veterinary Scientific Event 2024 yang digelar di Universitas Wijaya Kusuma, Sabtu (21/12/2024). Mereka adalah Fullan Ausati Putri, Aulia Dinda, dan Prima Sukma, tim ini mencetuskan inovasi sistem penghantaran obat untuk pengobatan malaria berbasis teknologi bioteknologi.
Mereka mengembangkan metode transdermal berbasis nanoparticle geranylated dihydrochalcone yang terinkorporasi dalam dissolving microneedle. Metode tersebut menawarkan cara baru dalam mengatasi dan mencegah malaria sebagai salah satu penyakit zoonosis yang masih menjadi tantangan kesehatan di Indonesia.
“Sebenarnya sudah ada pemanfaatan microneedle seperti yang ada dalam kandungan skin care. Akan tetapi belum pernah teruji untuk penghantaran obat malaria. Apalagi obat inovasi kami memuat senyawa hasil isolasi yang tergolong baru. Selain itu, microneedle ini dapat meminimalisir rasa sakit ketika proses pengobatan. Dengan adanya obat ini diharapkan dapat mengurangi angka malaria,” ujar Fullan, dikutip dalam laman resmi Unair (30/12).
Fokus pada Daerah Endemis
Inovasi ini didorong oleh tingginya angka kasus malaria di Indonesia, khususnya di wilayah Indonesia Timur. Menurut Fullan, Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah kasus malaria terbanyak kedua di Asia, dengan lebih dari 300 ribu kasus terjadi di Papua pada tahun 2023.
“Kami melihat salah satu berita bahwa Indonesia termasuk dalam sembilan negara endemis dengan kasus malaria terbanyak kedua di Asia. Disamping itu, kasus ini mencapai 300 ribu lebih di wilayah Papua pada tahun 2023,” tambahnya.
Aulia Dinda menambahkan bahwa inovasi mereka juga memperhatikan kemudahan penggunaan dan aksesibilitas, terutama bagi wilayah dengan angka kasus tinggi. “Kami upayakan untuk daerah-daerah seperti Indonesia bagian timur. Kemudian menyebar untuk masyarakat secara umum di daerah lain. Jika memang obat ini teruji dengan baik, mungkin bisa masuk pasar internasional,” ujar Aulia
Keunggulan Teknologi Transdermal dan Microneedle
Sistem transdermal yang mereka kembangkan menawarkan banyak keunggulan dibandingkan metode oral maupun injeksi. Aulia menjelaskan bahwa metode ini cocok untuk orang dewasa maupun anak-anak yang kesulitan menelan obat atau tidak nyaman dengan suntikan.
“Kami ingin pengobatan ini bisa diakses oleh masyarakat dengan lebih mudah menggunakan transdermal. Jadi, orang yang tidak bisa menelan obat atau disuntik seperti anak-anak pun juga bisa menggunakannya. Dengan memakai microneedle yang langsung mengarah ke pembuluh darah yang dimana parasitnya itu ada di sel darah merah,” paparnya.
Tim UNAIR berharap inovasi ini dapat didukung oleh pendanaan untuk pengembangan lebih lanjut, serta membantu penyebaran informasi kepada masyarakat tentang teknologi microneedle untuk pengobatan malaria. Mereka optimis bahwa inovasi ini dapat menjadi solusi baru untuk menekan angka malaria, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.