Konferensi AsiaLex 2024: Menyongsong Era Baru Leksikografi di Tokyo

EduNews

educare.co.id, Tokyo – Konferensi Internasional Asosiasi Leksikografi Asia (AsiaLex) 2024 resmi dibuka di Toyo University, Tokyo, pada 12 September 2024. Acara ini, yang berlangsung selama tiga hari, dimeriahkan oleh Presiden AsiaLex, Kilim Nam dari Korea Selatan. Para peserta disuguhkan kuliah umum oleh tiga pembicara kunci ternama: Yuri Komuro dari Chuo University, Hajime Kimura dari Toyo University, dan Robert Lew dari Adam Mickiewicz University.

Indonesia turut berpartisipasi aktif dengan empat makalah yang menggali berbagai aspek leksikografi. Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, E. Aminudin Aziz, dan Dora Amalia memaparkan makalah berjudul “Towards 200.000 Entries in KBBI: Challenges and Opportunities,” yang membahas kebijakan dan tantangan dalam memperkaya Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menjadi 200.000 entri.

Makalah lainnya, “Reframing Headwords in A Monolingual Dictionary” oleh Kahar Dwi Prihantoro, mengkaji pemaknaan ulang definisi dalam kamus monolingual, terutama istilah keagamaan dan sosial. Azhari Dasman, Umi Kulsum, dan Imam Budi Utomo menyajikan makalah tentang tipologi makna kata serapan dari bahasa Minangkabau, menyoroti kontribusi bahasa daerah terhadap kosakata bahasa Indonesia.

Adista Nur Primantari dan Puspa Ruriana membawakan makalah mengenai pengembangan kamus elektronik bahasa daerah di Jawa Timur, “Kasada Living Dictionary: Cultural Framework and Challenges in Advancing Lexicography in Developing Settings of East Java.” Makalah ini menekankan desain dan prototipe kamus yang memuat dialek lokal.

Konferensi ini juga menyoroti perkembangan terbaru dalam leksikografi, terutama bagaimana teknologi mempengaruhi penyusunan kamus. Setelah Tokyo, AsiaLex 2025 akan diselenggarakan di Shanghai, Cina. Indonesia juga mengajukan usulan untuk menjadi tuan rumah AsiaLex 2026 di Yogyakarta, dengan tema tentang kecerdasan buatan dalam leksikografi.

AsiaLex terus menjadi platform penting bagi ahli leksikografi global untuk bertukar ilmu dan pengalaman, memajukan studi leksikografi di Asia, dan merespons tantangan di era digital.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *