Unila Kembangkan Pusat Penelitian Genetik Anggrek, Fokus pada Konservasi dan Inovasi Budidaya

EduNews

educare.co.id, Lampung – Universitas Lampung (Unila) melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) mengembangkan Pusat Penelitian dan Pengembangan Genetik Anggrek sebagai bentuk komitmen terhadap konservasi dan inovasi budidaya anggrek, khususnya spesies endemik asal Lampung. Beberapa di antaranya termasuk Dendrobium phalaenopsis, Phalaenopsis amabilis, Vanda Insignis, dan Vanda Limbata.

Pusat penelitian ini dibentuk untuk mengukuhkan Unila sebagai institusi unggul dalam pelestarian anggrek di Indonesia. Saat ini, fokus utama adalah penyelamatan spesies lokal yang mulai terancam punah, seperti anggrek yang berasal dari Kabupaten Tanggamus. Ke depan, cakupan konservasi direncanakan akan diperluas hingga mencakup anggrek dari berbagai daerah di tanah air.

Selain kegiatan konservasi, pusat ini juga aktif dalam pengembangan teknik budidaya, termasuk pemanfaatan zat pengatur tumbuh (ZPT) untuk mempercepat proses pembungaan, pertumbuhan akar, dan tunas. Berbagai inovasi dikembangkan melalui penelitian yang melibatkan dosen serta mahasiswa pascasarjana S-2 dan S-3.

Salah satu inovasi unggulan adalah ShootMore, sebuah formula yang terbukti efektif dalam merangsang pembentukan tunas anakan. Produk ini merupakan hasil dari proses penyempurnaan berbagai eksperimen dengan tanaman model seperti anggrek dan aglaonema.

Inovasi tersebut memperkuat deretan capaian tim peneliti Unila, terutama sejak berdirinya Pusat Unggulan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PUI) Anggrek pada 2023.

Rektor Unila, Prof. Dr. Lusmeilia Afriani, D.E.A., IPM., ASEAN Eng., menyatakan dukungannya terhadap pengembangan pusat ini.

“Pusat penelitian, pengembangan, dan sumber daya genetik anggrek diharapkan dapat menjadi unit bisnis yang dikembangkan Badan Pengelola Usaha Unila sekaligus melalui eduwisata anggrek Unila, dalam rangka hilirisasi hasil penelitian dan pengembangan,” ujarnya.

Fasilitas utama yang dimiliki meliputi rumah kaca yang digunakan sebagai sarana edukasi publik. Salah satu rumah kaca telah dilengkapi dengan sistem irigasi sprinkler, sementara lainnya masih dalam tahap pembangunan.

Rumah kaca ini juga menjadi tempat praktikum mahasiswa serta sarana pembelajaran langsung mengenai konservasi dan teknik budidaya anggrek. Selain itu, pusat ini menjadi ruang berkegiatan bagi komunitas internal kampus bernama Unila Orchid Lovers (UOLS), yang terdiri dari dosen dan peneliti yang secara informal merancang program dan diskusi terkait anggrek.

Unila juga mendorong inisiatif green campus dengan menempelkan anggrek hasil konservasi di berbagai area kampus. Dari sisi akademik, hasil penelitian mulai dipublikasikan dan akan diseminasi lebih luas melalui workshop yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Acara ini juga akan menjadi ajang peluncuran program-program baru budidaya anggrek dan melibatkan berbagai pihak eksternal, termasuk anggota Perhimpunan Anggrek Indonesia (PAI).

Ketua pusat penelitian, Prof. Dr. Ir. Yusnita, M.Sc., menegaskan bahwa fokus utama kegiatan ini adalah edukasi dan konservasi.

“Fokus kami bukan pada keuntungan finansial, melainkan pada pendidikan, konservasi, dan pengembangan ilmu pengetahuan,” ujarnya.

Budidaya anggrek sendiri memerlukan waktu yang cukup lama, mulai dari proses penyerbukan hingga berbunga bisa mencapai 2,5 hingga 4 tahun. Melalui pusat ini, mahasiswa diperkenalkan pada keseluruhan proses, mulai dari identifikasi morfologi bunga, teknik penyilangan, hingga pembuatan media tanam.

Pusat penelitian ini diharapkan mampu memperkuat peran Unila dalam pelestarian lingkungan serta meningkatkan literasi biodiversitas, baik di kalangan akademisi maupun masyarakat luas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *