
Minyak Larva Black Soldier Fly, Solusi Efisien untuk Pakan Rendah Protein Ayam Broiler
educare.co.id, Yogyakarta – Tantangan utama dalam industri peternakan unggas saat ini adalah menciptakan sistem pakan yang efisien secara ekonomi tanpa mengorbankan kualitas produk dan keberlanjutan lingkungan. Salah satu pendekatan yang tengah dikembangkan adalah pakan dengan kadar protein rendah, yang bertujuan untuk menekan emisi amonia. Namun, pengurangan protein kerap berdampak negatif, seperti peningkatan kadar lemak tubuh pada ayam broiler.
Menjawab permasalahan ini, tim peneliti dari Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) menemukan bahwa minyak dari larva black soldier fly (BSF), atau dikenal sebagai black soldier fly larvae oil (BSFLO), mampu mengurangi kadar lemak ayam broiler yang diberi pakan rendah protein. Temuan ini telah dipublikasikan di jurnal ilmiah Poultry Science, yang berada di kategori Quartil 1 (Q1) dan memiliki impact factor sebesar 3,8.
Menurut Dr. Muhsin Al Anas, S.Pt., IPP, peneliti utama dalam studi ini, larva BSF berpotensi menjadi bahan baku pakan unggas masa depan yang lebih sehat dan ramah lingkungan.
“Kami ingin menghadirkan solusi yang tidak hanya efisien secara biaya, tetapi juga berdampak positif bagi kesehatan hewan, kualitas daging, dan kelestarian lingkungan,” jelasnya,dalam siaran tertulis UGM (12/6).
Penelitian ini melibatkan 288 ayam broiler yang dibagi menjadi enam kelompok, berdasarkan kombinasi kadar protein (tinggi, sedang, rendah) dan jenis minyak (minyak sawit dan BSFLO) dalam pakan. Hasilnya menunjukkan bahwa walaupun pakan rendah protein menurunkan bobot tubuh ayam, penambahan BSFLO mampu meminimalkan dampak tersebut. Selain itu, ayam yang diberi BSFLO mencatat rasio konversi pakan (feed conversion ratio atau FCR) yang lebih baik, mencerminkan efisiensi pemanfaatan pakan yang lebih tinggi.
“Perbaikan FCR yang kami amati menunjukkan bahwa BSFLO berkontribusi dalam peningkatan efisiensi energi metabolik ayam broiler,” lanjut Muhsin.
Efek BSFLO juga terlihat pada tingkat molekuler. Pemberian pakan rendah protein biasanya meningkatkan ekspresi gen pembentuk lemak seperti FAS, ACC, dan SREBP-1. Namun, ekspresi gen-gen tersebut menurun secara signifikan dengan tambahan BSFLO, sementara gen peluruh lemak seperti CPT-1 dan PPARα mengalami peningkatan. Kandungan asam laurat dalam BSFLO diduga menjadi kunci, karena mampu menghambat enzim HMG-CoA reduktase yang berperan dalam pembentukan kolesterol.
“Melalui pendekatan molekuler nutrigenomik, kami membuktikan bahwa BSFLO dapat memengaruhi ekspresi gen dan mengarahkan metabolisme ayam broiler ke jalur yang lebih sehat,” terang Muhsin.
Dari sisi kualitas produk, BSFLO turut berperan memperbaiki profil gizi daging ayam. Lemak perut (fat pad) berkurang, sementara kandungan protein daging meningkat, serta kadar lemak dan kolesterol menurun. Daging yang dihasilkan juga memiliki daya ikat air yang lebih baik saat dimasak—parameter penting dalam kualitas sensorik.
Secara lingkungan, penggunaan pakan rendah protein terbukti menurunkan kadar nitrogen dan amonia dalam litter ayam—dua senyawa utama penyebab polusi udara di sekitar kandang. Meski BSFLO tidak secara langsung memengaruhi litter, kombinasinya dengan pakan rendah protein menciptakan sistem peternakan yang lebih ramah lingkungan dan nyaman.
“Inovasi ini sejalan dengan target industri peternakan global untuk menekan emisi dan dampak lingkungan tanpa menurunkan produktivitas,” ujar Muhsin.
Melalui riset ini, Universitas Gadjah Mada menegaskan perannya dalam mendorong kemandirian pangan nasional melalui inovasi berbasis sumber daya lokal. Pendekatan molekuler dan pemanfaatan larva BSF menjadi contoh nyata integrasi antara produktivitas, kesehatan hewan, kualitas pangan, dan pelestarian lingkungan.
“Kami percaya bahwa solusi lokal yang dikembangkan melalui riset yang kuat adalah kunci menuju sistem pangan yang mandiri dan berkelanjutan,” pungkas Muhsin.