Karakter Holistik dan Teori Multiple Intelligences

EduJurnal EduNews

Penulis: Maghfiroh Yenny 

EDUCARE — Di masa lalu, sudah menjadi pemahaman umum bahwa penentu kesuksesan belajar, bahkan kesuksesan hidup seseorang ditentukan oleh kecerdasan intelektual (IQ). Cukup lama anggapan ini dipercaya dan membuat orang berpikir bahwa dengan IQ yang tinggi maka seseorang akan sukses dalam hidupnya. Pernyataan ini tidak seratus persen salah, namun tidak juga sepenuhnya benar. Rasanya sangat tidak adil jika kesuksesan seseorang hanya diukur dari indicator tunggal tersebut.

Sayangnya, cukup lama dunia Pendidikan terlena dengan anggapan yang demikian. Kemampuan seseorang hanya dilihat dari indikator yang IQ. Padahal, IO yang tinggi bukanlah segala-galanya. Apalagi setelah ditemukannya tiga kecerdasan lainnya yaitu SQ, AQ, dan EQ.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di dunia Pendidikan, pada tahun 1983, Dr Howard Gardner, seorang guru besar ilmu Pendidikan di Harvard University mengenalkan teori Multiple Inteligences (kecerdasan ganda/kecerdasan majemuk). Gardner mengemukakan bahwa ada delapan potensi kecerdasan yang berbeda yang dimiliki manusia.

Tahun 1999, Gardner menyempurnakan teorinya seperti yang ditulisnya dalam buku Intelligence Reframed: Multiple Intelligence for the 21st Century. Howard menjelaskan, manusia itu, siapa saja, kecuali cacat atau punya kelainan otak, sedikitnya memiliki sembilan kecerdasan.

Gardner melakukan penelitian yang kemudian membuatnya memberi contoh bahwa orang berhasil tidak hanya mengandalkan IQ tinggi. Kita mengenal Mozart yang di usia balita sudah piawai memainkan tuts piano. Maradona yang bagaikan seorang Dewa jika sudah beraksi di tengah lapangan sepak bola. Atau, Shakespare yang begitu harum Namanya karena karya-karya sastranya yang fenomenal. Dan, banyak lagi tokoh-tokoh dunia lainnya yang begitu dikenal sepanjang masa.

Menurut Howard, setiap manusia memiliki kecerdasan unik yang menjadi kekuatan bagi masing-masing individu. Bisa dikatakan bahwa Multiple Intelligences adalah bentuk pembuktian Howard bahwa terdapat kecerdasan yang bermacam-macam bentuknya. Dalam hal ini, yang dimaksud oleh Howard Gardner dengan Multiple Intelligences adalah:

  1. Linguistic intelligence (kecerdasan bahasa) yaitu kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata-kata secara efektif baik secara oral maupun secara tertulis.
  2. Logical-mathematical intelligence (kecerdasan matematika logis) adalah berkaitan dengan kemampuan mengolah angka, penggunaan bilangan, dan mampu berpikir logis dan ilmiah.
  3. Visual-spatial intelligence (kecerdasan ruang) adalah mereka yang memiliki kecerdasan visual spasial (ruang). Mereka mampu menangkap dunia ruang visual secara tepat. Mereka juga memiliki kemampuan mengenal bentuk dan benda secara tepat serta mempunyai daya imaginasi yang tinggi.
  4. Bodily-kinesthetic intelligence (kecerdasan kinestetik/tubuh) adalah kecerdasan memanfaatkan fisik tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan dan mampu membangun hubungan yang baik antara pikiran dengan tubuh.
  5. Musical intelligence (kecerdasan musical) adalah kemampuan untuk mengembangkan, mengekspresikan, dan menikmati bentuk-bentuk musik dan suara, peka terhadap ritme, melodi, intonasi, serta kemampuan memainkan alat musik.
  6. Interpersonal intelligence (kecerdasan interpersonal) adalah kecerdasan memahami, mengerti, dan memiliki kepekaan terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, dan temperamen orang lain.
  7. Intrapersonal intelligence (kecerdasan intrapersonal) adalah kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan bertindak secara adaktif berdasarkan pengalaman diri dan mampu berefleksi dan keseimbangan diri.
  8. Naturalist intelligence (kecerdasan lingkungan) adalah kecerdasan tentang flora dan fauna, menikmati alam, serta mengenal tanaman dan hewan.
  9. Exixtential intelligence (kecerdasan eksistensial) adalah kemampuan dan kepekaan seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam mengenai keberadaan atau eksistensi manusia. Misalnya, mengapa jagad raya ini terbentuk? Bagaimana caranya? Apa makna hidup ini dan lain-lain.

Howard memberikan pemahaman bahwa kecerdasan tidak hanya berupa kecerdasan tunggal intelektual. Namun, setiap individu dianugerahi berbagai macam kecerdasan yang berbeda-beda.

Dari penjelasan di atas terlihat bahwa Howard Gardner mengungkapkan bahwa kecerdasan individu tidak hanya berupa kecerdasan intelektual yang mengandalkan otak kiri saja. Namun, ada kecerdasan-kecerdasan lain yang mestinya dioptimalkan. Sayang sekali, banyak sekolah hanya mengeksplorasi bidang logika-verbal matematika, sangat otak kiri. Kemampuan dan kecerdasan otak kanan seperti dimatikan. Karena itu pula, banyak anak-anak yang memiliki kecerdasan tipe lain dianggap nakal, bodoh, atau malah menderita kelainan atau tertinggal.

Percayalah, setiap anak adalah cerdas, sesuai dengan konsep Multiple Intelligences yang dikemukakan Gardner ini. Dengan menghargai setiap kecerdasan pada anak maka kita akan lebih respek dan menghargai dalam memberikan pengajaran dan mendidik mereka.

Caranya, dengan menemukan kecerdasan domunan apa yang dimiliki anak. Carilah aktivitas yang bisa memunculkan kecerdasan itu secara maksimal. Sehingga, setiap anak paham sekali apa yang harus dia lakukan untuk mengoptimalkan kecerdasannya masing-masing. Untuk mengoptimalkan kecerdasan majemuk ini, maka para orang tua atau pendidik harus memahami lebih dahulu tipe-tipe karakter anak dan kecerdasan apa yang terlihat dominan.

Lalu, bagaimana jika multiple intelligences ini dihubungkan dengan teori Karakter Holistik yang meliputi empat kecerdasan yaitu kecerdasan intelektual atau intellectual quotient (IQ), kecerdasan spritual atau spiritual quotient (SQ), kecerdasan fisikal-mental atau adversity quotient (AQ), dan kecerdasan emosional atau emotional quotient  (EQ)? Mari kita coba uraikan satu per satu.

Linguistic intelligence (kecerdasan bahasa) merupakan bagian dari kecerdasan intelektual atau IQ. Begitu juga dengan orang-orang yang memiliki logical-mathematical intelligence  atau kecerdasan matematika logis dan kecerdasan eksistensial atau exixtential intelligence.

Sementara, orang-orang dengan visual-spatial intelligence (kecerdasan ruang) adalah mereka yang memiliki kecerdasan spiritual (SQ) yang kuat. Begitu pun mereka yang memiliki intrapersonal intelligence (kecerdasan intrapersonal) karena SQ mereka juga kuat.

Sedangkan orang-orang dengan Bodily-kinesthetic intelligence (kecerdasan kinestetik/tubuh) cenderung sangat kuat di adversity quotient (AQ). Selain kecerdasan kinestetik, orang yang cukup menonjol di AQ adalah mereka yang memiliki kecerdasan lingkungan atau naturalist intelligence.

Untuk orang-orang dengan musical intelligence (kecerdasan musikal) yang menonjol maka cenderung memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang baik. Demikian juga orang-orang yang memiliki interpersonal intelligence (kecerdasan interpersonal) yang EQ nya cukup kuat .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *