Doktor ITS Rancang Model Daur Ulang Sampah PET Berbasis Ekonomi Sirkular

EduNews EduSchool

educare.co.id, Surabaya – Kontribusi Indonesia sebagai salah satu penyumbang terbesar sampah plastik jenis Polyethylene Terephthalate (PET) di dunia menjadi perhatian serius. Menjawab tantangan ini, Dr. Yuniar Farida, ST, MT, wisudawan program doktor dari Departemen Teknik Sistem dan Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), merancang sebuah model reverse logistics untuk mendukung daur ulang plastik PET berbasis prinsip ekonomi sirkular.

Dalam disertasinya berjudul Pemodelan Reverse Logistics Sampah PET Menuju Ekonomi Sirkular, Yuniar menyoroti tingginya produksi dan konsumsi plastik PET yang meningkat sekitar 5,2% setiap tahun. Ia mencatat bahwa Indonesia menyumbang sekitar 3.200 ton sampah plastik secara global.

“Terutama plastik jenis PET yang penggunaannya terus meningkat sebanyak 5,2% setiap tahunnya,” ungkap Yuniar dalam siaran tertulis ITS (23/4).

Menurutnya, penumpukan sampah PET membawa dampak negatif jangka panjang terhadap lingkungan, kesehatan masyarakat, dan ekonomi karena sulit terurai secara alami. Oleh karena itu, solusi berbasis ekonomi sirkular dinilai lebih berkelanjutan. Konsep ini menekankan pemanfaatan ulang sumber daya untuk mengurangi limbah dan memaksimalkan nilai dalam setiap rantai proses produksi.

Yuniar merancang model reverse logistics yang mampu mengidentifikasi strategi terbaik dalam proses daur ulang sampah PET. Penelitian ini menggunakan pendekatan multidisiplin, termasuk pemanfaatan berbagai alat analisis untuk merancang sistem yang efektif.

Sebagai langkah awal, ia menganalisis perilaku konsumen berdasarkan demografi seperti tempat tinggal, pendidikan, dan tingkat pendapatan. Selain itu, ia juga menerapkan Theory of Planned Behavior (TPB) untuk memahami pola perilaku dari aspek sikap, norma sosial, kontrol perilaku yang dirasakan, norma moral, serta kesadaran terhadap konsekuensi.

Hasil analisis tersebut mengarah pada lima skenario strategis: penegakan hukum dengan sanksi tegas, penyediaan fasilitas pengumpulan PET, edukasi publik untuk meningkatkan kesadaran, insentif berupa kompensasi bagi masyarakat yang terlibat, serta kombinasi dari keempat strategi tersebut.

Melalui simulasi sistem dinamik, Yuniar menemukan bahwa strategi penegakan hukum serta gabungan dari keempat strategi tersebut dengan peningkatan intensitas tiga kali lipat dari kondisi saat ini adalah skenario paling efektif untuk diterapkan di Indonesia.

“Penerapan keduanya mampu mencapai target zero waste pada tahun 2050,” tutur Yuniar.

Yuniar berharap hasil penelitiannya dapat mendukung upaya pemerintah dalam mengurangi limbah plastik dan memperkuat penerapan ekonomi sirkular secara nasional. Ia juga berharap rekomendasi tersebut dapat menjadi referensi bagi pemangku kepentingan di sektor terkait.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *