Atdikbud Canberra Pada Mahasiswa S-2 dan S-3 Jember: Riset Harus Punya Kebaruan dan Kebermanfaatan

EduNews Edutainment

Canberra, 6 November 2021 — Pendidikan tinggi magister dan doktoral di Indonesia mensyaratkan kelulusan mahasiswa yakni memiliki karya yang telah dipublikasikan di jurnal ilmiah baik jurnal nasional terakreditasi maupun jurnal internasional bereputasi. Sementara itu, tanpa kontribusi dalam bentuk kebaruan dan kebermanfaatan, mahasiswa maupun peneliti akan kesulitan untuk bisa mempublikasikan jurnal ilmiahnya.

Hal itu diungkapkan Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) Kedutaan Besar Republik Indonesia di Canberra, Mukhamad Najib, dalam Kuliah Umum “Peningkatan Kualitas Tugas Akhir Mahasiswa Program Pascasarjana” yang diselenggarakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Jember. Kegiatan ini digelar secara hibrida dan ditujukan bagi mahasiswa pascasarjana baik program S-2 maupun S-3 supaya mereka lebih termotivasi untuk menyelesaikan tesis dan disertasinya secara tepat waktu dan berkualitas. Acara digelar selama tiga hari, pada 4 hingga 6 November 2021.

Dalam materi berjudul, ”Memetakan Riset, Menemukan Novelty”, Atdikbud Najib sebagai narasumber utama di hari pertama menguraikan bahwa penelitian harus berangkat dari identifikasi masalah yang jelas. Menurut dia, sejatinya penelitian ilmiah merupakan aplikasi secara formal dan sistematis dari metode ilmiah yang ditujukan untuk mempelajari dan menjawab permasalahan.

“Jika kita bisa memulai dari identifikasi masalah penelitian yang solid, maka potensi kebaruan dan kebermanfaatan akan bisa dikembangkan dengan baik. Novelty atau kebaruan dalam penelitian bisa dilihat dari apakah penelitian kita bisa mengisi ketimpangan riset yang ada? Dari situ, perlu dievaluasi, sejauh mana hasil penelitian nantinya bisa memberikan kontribusi baik secara konseptual maupun praktis dalam bidang yang diteliti,” jelas Najib, Kamis (4/11).

Dekan FISIP Universitas Jember, Joko Purnomo, menilai acara ini sangat penting sebagai pengayaan dan pengembangan keilmuan. “Saya harap semua mahasiswa bisa mengikuti kegiatan ini secara penuh agar tidak ada yang hilang dari penjelasan yang dipaparkan, karena narasumber dalam acara tidak diragukan lagi. Saya sudah lihat rekam jejaknya di bidang riset dan publikasi,” tutur Joko.

Ditambahkan Joko Purnomo, manfaat acara ini sesungguhnya tidak hanya untuk mahasiswa, tapi juga bagi fasilitator dan dosen. “Oleh karenanya semua boleh bergabung dalam acara ini,” ujar dia.

Pada kesempatan ini, Ketua Panitia Kuliah Umum, Wheny Kristianto, mengungkapkan dua tujuan utama acara. “Kami ingin mahasiswa memahami cara melakukan pemetaan riset dan memahami ragam kebaruan dalam penyusunan disertasi maupun tesis. Sementara bagi dosen, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuannya dalam melakukan riset yang berkualitas,” terang Wheny.

Diakui Wheny, mahasiswa sering mengalami kesulitan dalam pemetaan riset dan menemukan kebaruan yang menarik dalam penelitian disertasi. “Ini disebabkan pengetahuan dan pemahaman soal pemetaan dan menemukan kebaruan masih lemah dalam penelitian kualitatif dan kuantitatif untuk riset disertasi. Padahal, kenyataannya, banyak topik-topik riset yang sepertinya sederhana tetapi punya potensi kebaruan besar untuk diangkat ke dalam penelitian,” ucap Wheny.

Dalam laporannya, Wheny menginformasikan bahwa acara digelar selama tiga hari itu mempunyai target yaitu terkumpulnya 32 peta riset dan potensi kebaruan yang ditulis mahasiswa pada akhir acara. Selain dihadiri oleh mahasiswa pascasarjana, acara ini juga dihadiri sejumlah dosen, guru besar, dan jajaran pimpinan di lingkungan FISIP serta para pengelola program studi di lingkungan Universitas Jember.

Mahasiswa yang mengikuti kegiatan ini tidak hanya memperoleh materi-materi yang dapat memperkaya dan membantu menemukan kebaruan dari rencana penelitiannya, tapi juga mendapatkan pendampingan fasilitator yang telah ditunjuk program studi. Pendampingan fasilitator diharapkan dapat membantu mahasiswa bisa segera menyusun proposal penelitiannya dengan baik sehingga mahasiswa bisa segera memulai penelitian.

Diterangkan Wheny, untuk memperlancar proses pendampingan, mahasiswa diminta menyerahkan draf model penelitian yang berisi potensi kebaruan penelitian disertasi dalam waktu satu pekan sebelum kegiatan dimulai. “Draf tersebut kemudian diserahkan kepada fasilitator untuk dipelajari dan diberi saran atau masukan. Mahasiswa mendapatkan pendampingan dari para fasilitator pada hari ketiga kegiatan untuk mengevaluasi perbaikan yang sudah dilakukan dan menyerahkan hasil revisi draf akhir kepada fasilitator pada hari terakhir,” jelas Wheny.*** (Atdikbud Canberra/ Lydia Agustina/ Denty Anugrahmawaty)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *