Educare.co.id — Beragam upaya guna meningkatkan pembelajaran berkualitas, khususnya melalui literasi, Pusat Perbukuan, Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengadakan Tantangan 21 Hari “Membaca Buku itu Menyenangkan” sekaligus merayakan Hari Buku Nasional (17/5).
Seperti yang dikutip dalam website Kemendikbud.go.id dalam sambutan webinar perayaan Hari Buku Nasional, Kepala BSKAP Kemendikbudristek, Anindito Aditomo menyampaikan, literasi bukan hanya keterampilan membaca atau menyuarakan teks. Jauh dari itu, literasi adalah kemampuan bernalar, mengkritisi bacaan, membuat sintesis, dan membuat teks baru dari apa yang dibaca.
“Meningkatkan kemampuan literasi ini menjadi salah satu cita-cita Merdeka Belajar, yakni pendidikan yang berorientasi pada murid dalam artian memberikan kesempatan belajar berkualitas untuk semua murid sehingga memiliki karakter dan kompetensi dasar yang diperlukan untuk menjadi pelajar sepanjang hayat seperti yang telah dituangkan dalam profil pelajar Pancasila,” jelas Anindito.
Anindito lantas mengapresiasi guru dan orang tua yang secara konsisten telah membacakan buku untuk siswa dan anak-anak mereka selama tantangan berlangsung. “Konsistensi ini sangat penting, saya mendorong agar para orang tua dan guru terus membacakan buku pada anak-anak karena yang ingin dibangun adalah kebiasaan, yang pastinya membutuhkan waktu dalam membangunnya,” tekan Anindito.
Senada dengan itu, Advisor Program Inovasi untuk Anak-anak Indonesia (INOVASI), Rob Randall, mengatakan, “Membaca sebagai fondasi ini sangat penting dalam pembelajaran, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Bukan hanya ibu dan ayah, tapi kakak dan lingkungan berperan penting dalam mendorong kebiasaan membaca anak.”
Selanjutnya, Nila Tanzil, pendiri Taman Bacaan Pelangi menambahkan, terkait hal yang dapat dilakukan saat membacakan buku ke anak. “Kita juga bisa berdiskusi dengan anak kita, misalnya tentang bagaimana cerita dalam buku disusun, bagaimana karakter dalam cerita, dan lainnya. Dengan langkah ini, kemampuan memahami, bernalar kritis, dan menulis anak dapat terus meningkat, sehingga berkontribusi pada pembelajaran mereka dan banyak hal dalam kehidupan sehari-hari,” urai Nila.
Sementara itu, Susi Sukaesih, pendiri Sidina Community menyampaikan, pesan penting terkait kebiasaan membaca oleh anak. “Kita mungkin khawatir, bagaimana dengan kita yang sudah dewasa, apakah kebiasaan membaca harus dipupuk saat anak-anak. Belum terlambat, kita selalu bisa memulai kegemaran kita pada dunia literasi di usia berapapun,” tutur Susi
Anindito selanjutnya mengingatkan hal penting mengenai literasi. “Literasi tidak hanya tentang kemampuan kognitif, tetapi juga afektif. Membacakan buku untuk anak dapat menghantarkan mereka masuk dalam jaring makna juga jatuh cinta pada dunia buku dan dunia tulis yang struktur bahasanya berbeda dengan bahasa lisan sehari-hari,” sambung Anindito.
Kepala Pusat Perbukuan, BSKAP Kemendikbudristek, Supriyatno, menguraikan, bahwa dalam rangka mendukung kebijakan Merdeka Belajar, khususnya episode 23 dan 24, Pusat Perbukuan terus berupaya dalam menghasilkan buku-buku bermutu bagi anak. “BSKAP telah menerbitkan panduan terkait dengan penjenjangan buku yang dapat dijadikan acuan bagi guru dan orang tua dalam memilih buku bacaan yang tepat sesuai usianya”, ungkapnya.
Melalui Tantangan 21 Hari: Membaca Buku itu Menyenangkan yang diikuti oleh sekitar 300 peserta mulai 1-21 April 2023, Supriyatno juga mendorong adanya peningkatan budaya literasi oleh pemerhati buku agar terus meningkatkan jumlah koleksi buku untuk anak-anak.
Adapun Tantangan 21 Hari “Membaca Buku itu Menyenangkan” dimenangkan oleh Annisa Rahmi Safitri, Guru SD Negeri Keret, Sidoarjo (Pemenang Terekspresif), Nisa Ashma Mufidah, ibu rumah tangga asal Bandung (Pemenang Terkreatif), Citra Dewi, ibu rumah tangga asal Kalimantan Tengah (Pemenang Terinteraktif), dan Teli Indra Maulida Tri Utami, ibu rumah tangga asal Jawa Barat (Pemenang Terfavorit).
“Saya ingin menciptakan pengalaman berkesan bagi anak didik saya. Tentunya, dalam tantangan 21 hari ini ada banyak kendala, namun hal itu menjadi tidak berarti ketika melihat antusiasme murid pada saat saya membacakan mereka buku. Praktik baik ini akan terus saya lakukan, untuk menciptakan pola pikir bahwa membaca buku itu menyenangkan,” ucap Annisa.
Sementara itu, Nisa, mengungkapkan adanya tantangan yang menyenangkan. “Dalam hal ini, saya harus menciptakan logic reading bagi anak saya pada saat membacakan buku nonteks dari Sistem Informasi Perbukuan Indonesia (SIBI). Tantangan ini menjadi rutinitas bagi saya dan anak saya,” ujarnya.
Pemenang lainnya, Citra, merasakan adanya suka dan duka dalam menyelesaikan tantangan. “Membacakan buku untuk anak menjadi salah satu cara untuk memperkuat kedekatan dengan anak, namun ada kalanya anak merasa kurang bergairah atau ingin cepat tidur. Namun, sekarang anak-anak bahkan selalu menagih untuk dibacakan buku,” tutur Citra.
Sedangkan, Teli, salah satu Pemenang Terfavorit mengatakan bahwa sebelum mengikuti tantangan ini, ia juga sudah rutin membacakan buku bagi anaknya karena memiliki dampak yang sangat baik.
“Program ini sangat bagus dan saya berharap agar dapat diinformasikan secara lebih luas agar lebih banyak yang terdampak, selain itu kegiatan yang sangat baik ini perlu diadakan secara rutin,” pungkas Teli seraya berharap kegiatan seperti ini terus rutin dilaksanakan di masa mendatang.
Untuk mendukung pembelajaran yang semakin berkualitas, kepala satuan pendidikan, pendidik, orang tua, dan murid dapat mengakses buku teks, non-teks, dan audio melalui platform Sistem Informasi Perbukuan Indonesia pada laman https://buku.kemdikbud.go.id/.
Buku untuk semua, akses di mana pun, kapan pun, baca buku yuk!
Sumber : Kemendikbud.go.id