Perjuangan Dimas Landung Menuju Prestasi dan Kemandirian

EduNews EduSchool

Yogyakarta (educare.co.id) – Kuliah adalah hal yang tidak pernah terlintas di benak Dimas Landung Dwi Prakoso setelah menyelesaikan pendidikan di SMP. Pria yang akrab disapa Landung ini sempat ragu akan melanjutkan sekolah karena keterbatasan finansial keluarganya dan kurangnya dukungan untuk melanjutkan ke SMA. Namun, Landung, yang lahir di Bantul pada 25 Maret 2005, memberanikan diri masuk Pondok Pesantren Darul Fatihah Pundong Bantul, sebuah pondok yang membantu anak yatim dan dhuafa.

“Saya memberanikan diri untuk masuk pondok tersebut karena dengan ikut pondok tersebut saya dibiayai sekolah sampai lulus dan dijamin uang saku setiap harinya,” ungkapnya dikutip dalam laman uny (6/1).

Setelah diterima di SMAN 1 Bambanglipuro Bantul, Landung meraih sejumlah prestasi, salah satunya menjadi juara pertama dalam Inovasi Project Moderasi Beragama Kementerian Agama RI tahun 2022. Di kelas XII, Landung menjadi salah satu siswa yang memenuhi syarat untuk melanjutkan pendidikan melalui jalur SNBP. Namun, keluarganya khawatir soal biaya.

“Namun kembali pihak keluarga saya tidak mendukung sebab berbagai pertimbangan salah satunya seputar pembiayaan. Namun cita-cita saya memang ingin meneruskan belajar sampai tamat, karena bagi saya pendidikan merupakan keharusan” ujarnya.

Dukungan dari sekolah sangat besar. Landung sering berkonsultasi dengan guru BK karena merasa pesimis akan studi lanjut. Namun guru BK SMAN 1 Bambanglipuro, Eny terus mendorongnya untuk studi lanjut. Bahkan Kepala Sekolah Gami Sukarjo, M.Pd, memberikan informasi mengenai beasiswa termasuk KIPK agar Landung dapat melanjutkan kuliah. Akhirnya, ia memilih program studi Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum di Fakultas Ilmu Sosial, Hukum dan Ilmu Politik melalui jalur SNBP dan berhasil diterima. Selama kuliah, Landung menunjukkan prestasi luar biasa dengan IPK 3,84, aktif di organisasi mahasiswa, dan menjadi narasumber dalam berbagai acara mentoring anak muda.

Kemandirian juga menjadi ciri khas Landung. Di pondok pesantren, ia belajar mandiri dan mulai mencoba berjualan es dawet hitam menggunakan modal dari pondok. “Saya berdagang es dawet hitam di dekat pondok saya dan alhamdulillah laku keras. Hingga sekarang saya bisa berjualan dawet hingga 5 tempat bersama teman-teman” katanya. Keuntungan dari usaha tersebut ia tabung dan sebagian diberikan kepada pondok pesantren. Selain itu, Landung juga memelihara tujuh ekor kambing yang ia beli dari hasil mengarit rumput untuk tetangga. Kambing-kambing ini menjadi tabungannya jika membutuhkan dana mendadak.

Sebagai yatim sejak usia 5,5 tahun, Landung menyampaikan pesan kepada calon mahasiswa agar tidak menyerah meski menghadapi kesulitan ekonomi. “Cita-cita akan terwujud bilamana kita pantang menyerah dalam menggapainya. Tidak apa bersakit-sakit dahulu, karena semua butuh proses untuk mencapai tujuan yang kita inginkan” tegasnya.

Landung juga mengucapkan terima kasih kepada UNY atas beasiswa KIPK yang membantunya menggapai cita-cita. Ia berharap dapat terus bersyukur, menyelesaikan pendidikan dengan baik, dan meraih impian di masa depan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *